NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM










LAKON
BILA MALAM BERTAMBAH MALAM
KARYA PUTU WIJAYA
















BABAK I

MALAM DI TEMPAT KEDIAMAN GUSTI BIANG. SEBUAH BALE YANG DISEMPURNAKAN UNTUK TEMPAT TINGGAL.  

GUSTI BIANG MEMANGGIL-MANGGIL WAYAN.


Adegan I

KELIHATAN  NYOMAN  SEDANG  MENYIAPKAN  MAKAN  MALAM  UNTUK  GUSTI  BIANG. SEMENTARA WAYAN MENGAMPELAS PATUNG. ORIGINAL SOUNTRACK: WAYAN .. Wayaaaaaan ....
NYOMAN MEMBERI ISYARAT KEPADA WAYAN.

 NYOMAN
Benar Ida akan pulang hari ini?

WAYAN
Ya ....

NASKAH DRAMA BARABAH

Naskah Lakon Satu Babak
BARABAH

Karya Motinggo Busye




DRAMATIC PERSONAE


BARABAH  Istri Banio; seorang wanita berumur 28 tahun, cantik, menarik dan mencintai suaminya.

BANIO           Suami Barabah; lelaki tua betubuh bongkok tapi kekar. Berumur sekitar 70an, suaranya lantang dan sukar untuk tertawa

ADIBUL                 Lelaki besar tinggi, berusia 30 tahun, bekerja sebagai kusir sado.

ZAITUN        Wanita montok, berusia 25 tahun, sikapnya ramah dan hangat. Ia adalah anak Banio dari istri ke enam yang telah lama diceraikannya.



ADEGAN I
CERITA INI TERJADI DI RUANG TENGAH RUMAH BANIO. NAMPAK SEBUAH MEJA KUNO DAN SEBUAH KURSI TUA YANG TERLETAK DI SAMPINGNYA, DI SUDUT RUANG MELINTANG SEBUAH PETI PANJANG DIMANA BIASANYA BARABAH DUDUK MENENUN, DI SISI TERDAPAT KURSI KURUS. BANIO MASUK DENGAN TANGAN LUKA PENUH TANAH.

MAKALAH SEMANTIK BAHASA INDONESIA

JENIS MAKNA
Tugas ini disusun dalam  rangka untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Semantik
Dosen Pembimbing : Umi Faizah, M. Pd
Disusun oleh :
1.                  Fitria Damayanti                                 102110113
2.                  Maftuhatul Mubarokah                      102110122
3.                  Mukhlishotun                                      102110124
4.                  Munirotul Khasanah                           102110125
5.                  Okie Rendra Rakasiwi                        102110130
6.                  Rizky Adhya Herfianto                      102110135

PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
 PURWOREJO
2012 – 2013
PENDAHULUAN

Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1.      maksud pembicara;
2.      pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3.      hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4.      cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).








PEMBAHASAN

Jenis Makna

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat).
Contoh:
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan : mengunyah dan menelan sesuatu
makanan : segala sesuatu yang boleh dimakan
Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah : mempunyai rumah
rumah-rumah : banyak rumah
rumah makan : rumah tempat makan
rumah ayah : rumah milik ayah

2. Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna  dasarnya.
            Contoh:
            merah : warna seperti warna darah.
            ular : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.
Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar Makna tambahan (denotasi) (konotasi)
merah : warna …………………… berani; dilarang
ular : binatang ………………… menakutkan/ berbahaya
Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.
            Contoh:
            Konotasi positif - Konotasi negatif:
            suami istri; laki bini
tunanetra; buta
pria; laki-laki

Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra.

3.  Makna Referensial dan Nonreferensial
a. makan Referensial
Makna Referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau memiliki referen (acuan), makna referensial dapat disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan. Dalam makna ini memiliki hubungan dengan konsep mengenai sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa), Seperti meja dan kursi adalah yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut ”meja” dan ”kursi”.
Contoh lain yaitu: Orang itu menampar orang
1                                                                                  1                                  2
            Pada contoh diatas bahwa orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1sebagai pelaku (agentif) dan orang2 sebagai pengalam (yang mengalami makna yang diungkapkan verba), hal tersebut menunjukkan makna kategori yang berbeda, tetapi makna referensil mengacu kepada konsep yang sama (orang = manusia).

b. Makna Nonreferensial
Makna nonreferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen (acuan). Seperti kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya. Dalam hal ini kata preposisi dan konjungsi serta kata tugas lainnya hanya memiliki fungsi atau tugas tapi tidak memiliki makna.
Berkenaan dengan bahasan ini ada sejumlah kata yang disebut kata-kata deiktis, yaitu kata yang acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah dari wujud yang satu kepada wujud yang lain. Yang termasuk kata-kata deiktis yaitu: dia, saya, kamu, di sini, di sana, di situ, sekarang, besok, nanti, ini, itu.

Contoh lain referen kata di sini dalam ketiga kalimat berikut
(a)    Tadi dia duduk di sini
(b)   ”Hujan terjadi hampir setiap hari di sini”, kata walikota Bogor.
(c)    Di sini, di Indonesia, hal seperti itu sering terjadi.
Pada kalimat (a) kata di sini menunjukan tempat tertentu yang sempit sekali. Mungkin bisa dimaksudkan sebuah bangku, atau hanya pada sepotong tempat dari sebuah bangku. Pada kalimat (b) di sini menunjuk pada sebuah tempat yang lebih luas yaitu kota Bogor. Sedangkan pada kalimat (c) di sini merujuk pada daerah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Jadi dari ketiga macam contoh diatas referennya tidak sama oleh karena itu disebut makna nonreferensial.

4. Makna Kata dan Makna Istilah
Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut :

(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.
(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.

Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.
Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang  berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lenganadalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.

5. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Leech (1976) membagi makna menjadi makna konseptual dan makna asosiatif. Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, katamelati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.

6.   Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh dari idiom adalah bentuk membanting tulang dengan makna ’bekerja keras’, meja hijau dengan makna ’pengadilan’.
Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucingyang bermakna ’dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur’. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersua memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.

7.         Makna Luas dan Makna Sempit
Dilihat dari segi cakupan atau tingkat keluasan makna dua buah kata, makna dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni makna luas dan makna sempit. Makna luas merupakan akibat perkembangan makna suatu tanda bahasa. Contoh klasik yang paling populer dalam studi semantik bahasa Indonesia adalah kata saudara, yang tidak hanya bermakna “saudara satu bapak/ibu”, tetapi juga “orang lain yang tidak ada hubungan darah.”. Makna kitab “buku” merupakan makna sempit. Kitab yang berarti “buku” itu tidak lagi “sembarang buku”. Sekarang kata kitab lebih bermakna “buku suci” seperti yang tampak dalam pemakaian kitab Al-Qur’an, kitab Injil, kitab Zabur dan seterusnya. Pada tahun 1960-an kata kitab itu masih memiliki makna yang tidak hanya terbatas pada kitab suci, tetapi juga kitab-kitab yang lain (buku). Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar juga ungkapan “dalam arti luas” atau “dalam arti sempit”, seperti yang dapat dikenakan pada kata taqwa. Kata taqwa itu dalam arti luas adalah “berserah diri kepada Allah” dan dalam arti sempit adalah “menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya”. Dengan demikian, makna luas dan makna sempit itu tidak hanya karena perubahan makna, tetapi juga karena tingkat cakupan makna yang sudah terkotak menjadi dua, yakni makna luas dan makna sempit.


DAFTAR PUSTAKA
Alwi, hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Rafika Aditama

CERPEN 2

THE POWER OF KEPEPET

Ting tung ting tung, begitulah suara saat aku membuka laptop pertama kali. Waktu itu aku baru saja bangun tidur, belum cuci muka dan belum sikat gigi. Tidak peduli keadaan sekitar, aku pasang modem untuk kulanjutkan online social network. Facebook, twitter, mesengger, skype, twoo, netlog, google+ yang pertama kali aku buka, entah mengapa setiap hari aku selalu bergelut dengan dunia maya. Kuhabiskan hari-hariku dari pagi sampai malam di dunia maya, entah itu chatting, webcam, ataupun callphone. Tak peduli dengan ponselku lagi, dulu ponsel yang selalu kupegang kini entah apa kabarnya karena aku lupa meletakkannya. Setelah ada laptop dan modem hidupku berubah drastis, dulu yang aku sering bermain bersama teman-teman, kini mendadak hidupku berada di dunia maya.
Suatu ketika saat aku browsing aku menemukan sebuah situs internet tentang kontak jodoh. Akupun mulai tertarik, aku lihat isi dan prosedur yang ada dalam kontak jodoh tersebut. Setiap hari aku selalu melihat perkembanganku yang ada dalam situs tersebut. Tak lupa juga aku selalu chatting dengan siapaun yang aku jumpai di dunia maya. Hingga suatu ketika aku mendengar suara ponselku berbunyi berulang-ulang kali, aku cari-cari ponselku kesana kemari, tapi yang terdengar hanya suaranya saja tanpa tau entah di mana ponsel itu. Ponsel itu kembali berbunyi lagi, aku kembali mencarinya lagi. Hingga pencarianku terhenti di sebuah lemari pakaianku, ternyata ponselku berada dalam tas yang diletakkan di atas lemari. Aku melihat ponselku, kagetnya ketika aku melihat tulisan di layar ponsel “41 panggilan tak terjawab dan 15 pesan baru. Kubaca pesan singkat itu satu persatu, shock dan panik ketika aku membaca isi pesan itu, yang ternyata adalah pemberitahuan tentang pengumpulan Tugas Akhirku tinggal  dua minggu lagi terhitung dari hari kemarin. Aku panik sekali karena sama sekali aku belum membuatnya, jika tidak mengumpulkan tepat waktu aku tidak bisa ikut wisuda, bahkan untuk lulus pun tidak mungkin. Aku heran dan bingung dengan info yang aku dapatkan ini.
Tugas akhir selama ini tidak menjadi pikiranku, kuhabiskan hari-hariku di dunia maya, aku. Bingung dan pusing mulai kurasakan, bagaimana tidak tugas akhir yang sekiranya menentukan aku lulus atau tidak belum aku kerjakan sama sekali bahkan mengetikkan judul pun aku belum. Aku bertanya kepada teman-temanku  bagaimana tugas akhir mereka. Ternyata jawaban mereka sangat mencengangkan, banyak yang hamper jadi, bahkan ada yang sudah jadi. Khawatir menghampiriku, bimbingan tugas akhir pertama kali pun belum aku jalani sama sekali. Bagaimana aku bisa membuat tugas akhir dalam waktu dua minggu? Ucapku dalam batin. Langsung seketika aku menutup semua tab dalam jendela browsing.
 Aku mulai mengetik judul tugas akhir yang akan aku buat. Tanpa memikirkan lapar dan haus, terus menerus aku mengerjakan tugas akhirku, sampai setengah jalan aku menghentikan pekerjaanku, aku langsung bertolak ke kampus untuk melakukan bimbingan pertamaku. Sampai aku di kampus, kutunggu dosen pembimbingku datang. Berjam-jam aku menunggu dikampus menunggu datangnya dosenku. Malam hampir tiba dosenku pun belum datang juga. Aku mulai putus asa menunggu dosen pembimbingku. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah, saat aku persiapan akan pulang, dosenku datang dan seketika aku bergegas menjauh dari kendaraan lalu menuju ruangan dosen. Aku disilahkan masuk oleh dosenku, aku ajukan Tugas akhirku yang hanya baru awalnya saja.  
Kamu bagaimana sih? Mengapa masih bab 1 yang kamu ajukan? Kamu itu niat membuat tugas akhir atau tidak?” ujar bu Diah marah.
 Aku tertunduk malu dengan perkataan dosenku.
Ya sudah besok kamu ke sini untuk ajukan materi selanjutnya!”
“Belum saya kerjakan bu.”
“Belum?! Lalu yang sudah kamu kerjakan apa?!
“Masih ini bu.” Aku semakin malu.
“Terserah kamu saja, ibu tidak menjamin kamu dapat lulus. Ibu beri kesempatan waktu sampai minggu terakhir. Jangan lupa buat websitenya!”
“Iya bu, terima kasih.” Aku keluar ruangan dosen dengan wajah pucat dan lemas.
Sampai di rumah aku langsung bergegas mengerjakan tugas akhirku. Tiga hari tiga malam aku tidak tidur dan selalu bersama laptopku terus-menerus. Aku fokuskan semua pikiranku untuk mengerjakan tugas akhir itu, dan akhirnya aku selesai mengerjakan tugas akhir itu. Entah mengapa kalau waktu sudah hampir deadline pikiranku lancar dan ide-ide yang cemerlang keluar dari kepalaku. Waktu yang sudah ditentukan tiba, aku segera kembali menuju kampus untuk melakukan bimbinganku yang kedua. Kuajukan semua hasil pekerjaanku yang sudah aku kerjakan selama tiga hari tiga malam tanpa tidur.
“Bagaimana? sudah sampai mana kamu mengerjakannya?
“Sudah selesai bu.”sambil kuserahkan pekerjaanku.
Bu Diah mulai mengecek lembar demi lembar hasil pekerjaanku.
“Mana website-nya?” bu Diah memintaku menunjukkan website buatanku. Kubuka laptopku dan kutunjukkan website hasil pekerjaanku. Dicek kembali website hasil pekerjaanku oleh dosen pembimbingku. Aku terdiam melihat raut wajah dosenku yang serius mengecek pekerjaanku, dalam wajah keseriusannya dosenku berkata

“Kamu itu sebenarnya cerdas mas, hanya saja kamu itu males, kalau tidak kepepet pasti kamu belum mengerjakan.” Ujar bu Diah kepadaku. Tersenyum lebar aku mendengar ucapan dosenku itu. Aku keluar dari ruang dosen dengan hati yang sangat bahagia dan berseri-seri. Tak kusangka selama tiga hari tiga malam tidak tidur ternyata ada hasilnya juga. Setelah beberapa bulan hasil tugas akhirku itu mendapat nilai A. Aku tersenyum lebar dan siap untuk diwisuda. Aku bangga dengan diriku, tetapi aku berjanji aku tidak akan mengerjakan sesuatu dengan waktu yang sudah kepepet.