JENIS MAKNA
Tugas
ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
tugas kelompok
mata
kuliah Semantik
Dosen Pembimbing : Umi
Faizah, M. Pd
Disusun
oleh :
1.
Fitria Damayanti 102110113
2.
Maftuhatul Mubarokah 102110122
3.
Mukhlishotun 102110124
4.
Munirotul Khasanah 102110125
5.
Okie Rendra Rakasiwi 102110130
6.
Rizky Adhya Herfianto 102110135
PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOREJO
PENDAHULUAN
Semantik merupakan salah satu
bidang semantik yang mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri
sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna
merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu
menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,
2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan
pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286)
mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki
atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus
Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1.
maksud pembicara;
2.
pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau
perilaku manusia atau kelompok manusia;
3.
hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara
bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4.
cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti
Kridalaksana, 2001: 132).
PEMBAHASAN
Jenis Makna
1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan
dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat).
Contoh:
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan : mengunyah dan menelan
sesuatu
makanan : segala sesuatu yang boleh dimakan
Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul
akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah : mempunyai rumah
berumah : mempunyai rumah
rumah-rumah : banyak rumah
rumah makan : rumah tempat makan
rumah ayah : rumah milik ayah
2. Makna Denotasi dan Konotasi
Makna
denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau
makna dasarnya.
Contoh:
merah : warna seperti warna darah.
Contoh:
merah : warna seperti warna darah.
ular
: binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.
Makna
konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa
nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar Makna tambahan (denotasi) (konotasi)
Makna dasar Makna tambahan (denotasi) (konotasi)
merah : warna …………………… berani; dilarang
ular : binatang ………………… menakutkan/ berbahaya
Makna
dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang
sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan
pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai
rasa tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi
positif dan konotasi negatif.
Contoh:
Contoh:
Konotasi
positif - Konotasi negatif:
suami istri; laki bini
tunanetra; buta
pria; laki-laki
Kata-kata yang bermakna denotatif
tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif
wajar digunakan dalam karya sastra.
3. Makna Referensial dan Nonreferensial
a. makan Referensial
Makna
Referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau
memiliki referen (acuan), makna referensial dapat disebut juga makna kognitif,
karena memiliki acuan. Dalam makna ini memiliki hubungan dengan konsep mengenai
sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa), Seperti meja dan kursi adalah
yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis
perabot rumah tangga yang disebut ”meja” dan ”kursi”.
Contoh lain
yaitu: Orang itu menampar orang
1
1 2
Pada
contoh diatas bahwa orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena
orang1sebagai pelaku (agentif) dan orang2 sebagai pengalam (yang mengalami
makna yang diungkapkan verba), hal tersebut menunjukkan makna kategori yang
berbeda, tetapi makna referensil mengacu kepada konsep yang sama (orang =
manusia).
b. Makna Nonreferensial
Makna
nonreferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen (acuan). Seperti
kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya. Dalam hal ini kata preposisi
dan konjungsi serta kata tugas lainnya hanya memiliki fungsi atau tugas tapi
tidak memiliki makna.
Berkenaan
dengan bahasan ini ada sejumlah kata yang disebut kata-kata deiktis, yaitu
kata yang acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah
dari wujud yang satu kepada wujud yang lain. Yang termasuk kata-kata deiktis yaitu:
dia, saya, kamu, di sini, di sana, di situ, sekarang, besok, nanti, ini, itu.
Contoh lain
referen kata di sini dalam ketiga kalimat berikut
(a) Tadi
dia duduk di sini
(b) ”Hujan
terjadi hampir setiap hari di sini”, kata walikota Bogor.
(c) Di
sini, di Indonesia, hal seperti itu sering terjadi.
Pada kalimat
(a) kata di sini menunjukan tempat tertentu yang sempit
sekali. Mungkin bisa dimaksudkan sebuah bangku, atau hanya pada sepotong tempat
dari sebuah bangku. Pada kalimat (b) di sini menunjuk pada
sebuah tempat yang lebih luas yaitu kota Bogor. Sedangkan pada kalimat (c) di
sini merujuk pada daerah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Jadi
dari ketiga macam contoh diatas referennya tidak sama oleh karena itu disebut
makna nonreferensial.
4. Makna
Kata dan Makna Istilah
Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam
penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam
konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai
makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks
kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu
bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada
bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah
dapat dilihat dari contoh berikut :
(1)
Tangannya luka kena pecahan kaca.
(2)
Lengannya luka kena pecahan kaca.
Kata tangan dan lengan pada
kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.
Namun
dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian
dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lenganadalah
bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.
5.
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Leech (1976) membagi makna menjadi makna konseptual dan
makna asosiatif. Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang
dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki
makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Jadi
makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif,
dan makna referensial.
Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya,
katamelati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.
6.
Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom
adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh dari
idiom adalah bentuk membanting tulang dengan makna ’bekerja
keras’, meja hijau dengan makna ’pengadilan’.
Berbeda
dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau
dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli
dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing
dengan kucingyang bermakna ’dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah
akur’. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan
kucing jika bersua memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.
7.
Makna Luas dan Makna Sempit
Dilihat dari segi cakupan
atau tingkat keluasan makna dua buah kata, makna dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yakni makna luas dan makna sempit. Makna luas merupakan akibat
perkembangan makna suatu tanda bahasa. Contoh klasik yang paling populer dalam
studi semantik bahasa Indonesia adalah kata saudara, yang tidak hanya bermakna
“saudara satu bapak/ibu”, tetapi juga “orang lain yang tidak ada hubungan
darah.”. Makna kitab “buku” merupakan makna sempit. Kitab yang berarti “buku”
itu tidak lagi “sembarang buku”. Sekarang kata kitab lebih bermakna “buku suci”
seperti yang tampak dalam pemakaian kitab Al-Qur’an, kitab Injil, kitab Zabur
dan seterusnya. Pada tahun 1960-an kata kitab itu masih memiliki makna yang
tidak hanya terbatas pada kitab suci, tetapi juga kitab-kitab yang lain (buku).
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar juga ungkapan “dalam arti luas”
atau “dalam arti sempit”, seperti yang dapat dikenakan pada kata taqwa. Kata
taqwa itu dalam arti luas adalah “berserah diri kepada Allah” dan dalam arti
sempit adalah “menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya”. Dengan demikian, makna luas dan makna sempit itu tidak
hanya karena perubahan makna, tetapi juga karena tingkat cakupan makna yang
sudah terkotak menjadi dua, yakni makna luas dan makna sempit.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, hasan. 2007. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Chaer, Abdul.
2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Djajasudarma,
T. Fatimah. 1999. Semantik Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT
Rafika Aditama
No comments :
Post a Comment